• Home
  • Artikel
  • Prinsip Dasar Pendidikan Ekonomi Syariah

Prinsip Dasar Pendidikan Ekonomi Syariah

Asnan Purba, Lc., M.Pd.I.,QWP,CWC 13 Jun 2024

Prinsip Dasar Pendidikan Ekonomi Syariah

Majalah Gontor Edisi 01 Tahun XX Ramadhan - Syawal 1443 H / Mei 2022

 

Rasulullah saw adalah contoh tauladan kita dalam segala aktifitas kehidupan ukhrowi maupun duniawai, terlebih lagi dalam menanamkan pendidikan kepada anak sejak dini agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Merujuk kepada literatur yang ada, dari sekian banyak bahasan setidaknya ada 4 (empat) prinisp dasar yang harus ditanamkan kepada anak didik terkait pendidikan ekonomi syariah, agar mereka benar-benar terbebas dari riba dan dosa besar ketika menjalankan ekonomi syariah dalam kehidupan, yaitu:

1. Kegiatan Ekonomi Berbasis Agama: Perilaku Ekonomi Berbasis Agama adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari Agama  itu sendiri, karena terkait dengan interaksi satu sama lain antara sesama muslim. Diantara kegiatan ekonomi berbasis agama adalah mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah yang agung sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidaklah Usaha yang dilakukan seseorang lebih baik daripada hasil tangannya (keringatnya) sendiri dan apa-apa yang dinafkahkan untuk dirinya, keluarganya, anaknya dan pembantunya adalah merupakan sedekah”. (HR Ibnu Majah). Begitu pula kualitas terbaik yang dilakukannya dalam bekerja sehingga memuaskan dan menyenangkan orang lain juga termasuk dari kegiatan ekonomi berbasis agama dan menghantarkannya ke surga, sebagaimana sabda Nabi saw:”Sesungguhnya Allah swt menyukai seseorang yang apabila bekerja dengan kualitas yang terbaik”. (HR Baihaqi)

2. Kualitas yang Halal: Prinsip Halal dan Haram sesuai dengan tuntunan syariat adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar dan dikompromikan. Karena kemuliaan seseorang diukur dari kualitas halal yang diterima dan dikonsumsinya sehari-hari, sebagaimana sabda nabi saw: Mencari yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban” (HR Thabarani). Selain itu perlu dibangun keyakinan bahwa rejeki telah ditetapkan cara dan ukurannya, tidak boleh seorang muslim merendahkan dirinya untuk mendapatkan rejeki dengan melanggar ketentuan syariat sehingga menjadikannya melanggar ketentuan halal dan haram dalam syariat agama. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi saw: “Carilah kebutuhan hidupmu dengan kemuliaan diri karena segala sesuatunya telah ditetapkan ukuran dan bagiannya”. (HR Ibnu ‘Asakir)

3. Investasi di Jalan Allah: Diantara menumbuhkan budaya saling tolong menolong sesama muslim adalah keinginan berinvestasi di jalan Allah agar hidunya dimasa akan datang jauh lebih baik dan mendapatkan keberkahan, ini bagian dari seorang muslim yang visioner dan juga untuk melatih kedermawanan diri karena sikap ini merupakan sikap terpuji yang dimuliakan oleh Allah swt sebagaimana sabda Nabi saw:”Dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan Surga dan dekat dengan Manusia, serta jauh dari Api Neraka. Sedangkan Bakhil/pelit itu jauh dari Allah, jauh dari Surga dan jauh dari Manusia serta dekat dengan Api Neraka, Dermawan yang bodoh lebih dicintai Allah daripada Alim/Pintar yang Bakhil/pelit”. (HR Tirmidzi). Selain itu perlu juga membangun mentalitas memberi dan menjauhi mentalitas meminta karena Allah swt sangat menyukai mentalitas orang-orang yang memberi, dan kalaupun tidak bisa memberi berusahalah untuk tidak meminta kecuali dalam keadaan darurat dan mendesak. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi saw:”Tangan diatas lebih baik daripada Tangan dibawah, Tangan yang diatas adalah Pemberi dan Tangan dibawah adalah Peminta”. (HR Ahmad)

4. Kejujuran dan Kenyamanan Dalam Bekerja: Dalam menjalan kegiatan apapun tidak boleh dibangun dengan kebohongan dan ketidak jujuran dan itu seperti bom waktu dan akan merusak tatanan kegiatan ekonomi dalam hidupnya. Diantara bentuk-bentuk kejujuran itu adalah berlaku adil kepada siapapun dan dalam kondisi apapun, sebagaimana firman Allah swt:”Berbuat Adillah kalian karena hal itu lebih dekat kepada ketakwaan”. (QS Al Maidah: 8). Juga integritas dalam segala kegiatannya yang dalam agama disebut dengan “Amanah” adalah hal yang sangat penting agar nyaman dalam bekerja dan beraktifitas, sebagaimana sabda Nabi saw:”Tidak beriman orang yang tidak amanah dalam hidupnya”. (HR Thabrani)

Oleh karena itu Rasulullah saw mengajak kita sejak awal memastikan Nilai-nilai Pendidikan Ekonomi Syariah ada dalam diri kita dan keluarga kita mulai dari Kehidupan Beragama yang Berbasis Ekonomi, Aktifitas Bekerja yang Halal, Investasi Jangka Panjang yang dianjurkan Syariat dan Kejujuran dalam segala hal untuk mendapatkan ridho Allah swt dan kebahagiaan dunia dan akhirat.